Mengisi Ruang Kosong Di Rumah Bupati Kebumen - Bagian I

Dalam situs resmi Pemerintah Kabupaten Kebumen terdapat Ruang Diseminasi yang selama ini dibiarkan kosong. Ruang-ruang itu adalah 15 Sub Sektor dalam Ekonomi Kreatif,

KONSISTENSI KI ESSER KARTON

Slamet Riyanto yang biasa dipanggil Esser adalah satu seniman multi talenta yang konsisten memelihara sikap berkesenian melalui beragam karya kreatif. Satu diantaranya adalah wayang yang semua tokohnya dibuat dari kardus bekas kemasan dan limbah lainnya.

MENGINTIP RUANG KOSONG DI RUMAH BUPATI BAG..

Masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan di sini.

MENGISI RUANG KOSONG DI RUMAH BUPATI KEBUMEN - BAGIAN III

OVOP Kerajinan Pandan adalah satu sub tema yang jadi Pemenang dalam lomba karya tulis ilmiah Riset Unggulan Daerah (RUD) tahun 2013. Sampai saat ini implementasi hasilnya belum jelas. Akankah nasibnya seperti Hipando yang terbengkelai ?

Tampilkan postingan dengan label Sentra Industri. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sentra Industri. Tampilkan semua postingan

Selasa, 16 April 2013

Kartini Update Jaman Ekonomi Kreatif: Sosok Irma Suryanti



Sebagian besar orang mungkin punya penilaian bahwa penyandang cacat adalah orang-orang yang selalu terpinggirkan, peminta-minta, pelengkap kehidupan maupun hal-hal yang serba kurang mengenakkan yang didapatkan. Hal itulah yang selama ini dilihat dalam keseharian. Biasanya, begitu melihat seorang penyandang cacat sikap kita jadi iba. Mereka adalah kaum yang layak dikasihani. Setidaknya itu yang kita lihat di berbagai papan pengumuman di fasilitas umum semisal kereta api. Mereka harus diberi perlakuan khusus! Itulah intinya. Karena itu, jika ada penyandang cacat yang sukses besar itu mungkin hanya sebuah cerita di negeri dongeng.
Kerangka berpikir umum semacam itu memang telah berlangsung dari waktu ke waktu dan menjadi maklum. Tapi tidak buat seorang perempuan penyandang cacat tubuh karena menderita polio sejak usia balita. Dialah Irma Suryanti, seorang perajin kain perca yang meraih sukses bagi banyak orang. Terutama para penyandang cacat, mantan buruh migran (TKI/TKW) dan orang-orang yang dikategorikan sebagai penyandang masalah sosial (PSK, waria dsb). Sekitar 1.000 orang dari mereka ada beberapa yang telah mampu mandiri dan mengembangkan kegiatan ekonomi kreatifnya. Juga 10.000 lebih orang normal secara  fisik di berbagai kabupaten/kota se Indonesia mendapat bimbingan teknis di bidang usaha sejenis maupun sebagai sub kontraktor. Irma dan teman-teman bergabung dalam Mutiara Handicraft ini, dengan visi dan misi yang sangat unik. Dari tempat tinggalnya di Desa Karangsari Kecamatan Buayan Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah Indonesia.

Nasihat yang biasa Irma berikan kepada orang-orang yang mendapat bimbingannya adalah: mulai dari hal sederhana. Berdasarkan pengalaman pribadi, dengan mengubah limbah pabrik menjadi produk yang bernilai jual tinggi, sungguh sangat tepat untuk sebuah impian memulai usaha yang nyaris tanpa modal. Hanya butuh keuletan, keteladanan, keahlian, serta inovasi saja. Itulah sederet kalimat yang dilontarkan Irma ketika memberi motivasi bagi warga binaan. Sederhana dalam berpikir nampaknya mudah diucapkan, tapi sangat sulit diwujudkan. Karena ada semacam keyakinan umum bahwa menjalankan sebuah kegiatan bisnis perlu bermodal cukup atau besar.

Kesederhanaan berpikir tidak berarti sama dengan jadoel oriented atau berorientasi ke masa lalu. Seorang inovator biasa menggunakan kerangka berpikir sederhana dalam menghasilkan produk maupun jasa yang berkesan rumit dan luar biasa karena melangkahi masanya. Bill Gates misalnya, mengembangkan konsep aplikasi piranti lunaknya dari hobi bermain bridge. Demikian juga dengan Irma yang menciptakan model-model produknya dari beragam permainan anak dan hal-hal sederhana yang ada di lingkungan sekitarnya. Ia mengubah citra kesed yang selama ini berbentuk kotak menjadi beragam bentuk lucu dan unik. Dari yang semula untuk alas penyaring kotoran sepatu serta alas kaki lainnya, kini tampil sebagai bahan-bahan dekoratif dan fungsional.
“Ini pekerjaan yang sangat mudah ibu-ibu. Siapapun bisa. Kita hanya butuh ketelatenan saja.” Ujar Irma yang sudah keluar masuk perguruan tinggi untuk memberikan motivasi dan pembelajaran. Menurut dia, setelah dari Unsoed ini, ia juga akan melakukan hal yang sama di Institut Teknologi Bandung (ITB).


Irma Suyanti merupakan sosok wanita penyandang cacat yang mampu melawan  keterbatasan diri, ketidakadilan, pencibiran maupun pelecehan yang selama ini disandangkan kepada sesamanya. Sejak tahun 1999, selepas menikah dengan Agus Priyanto (seorang penyandang cacat juga), ia berusaha untuk melawan keterbatasannya melalui usaha mandiri yang bermanfaat. Lambat-laun ia mampu membuktikan bahwa produk yang dihasilkan benar-benar mampu menjawab kebutuhan pasar baik di dalam maupun luar negeri.
Atas prestasi yang diraih dengan kesungguhan, sederhana, ulet dan optimis Irma Suryanti mendapatkan sejumlah penghargaan. Diantaranya Wirausahawati Muda Teladan dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (2007), Perempuan Berprestasi 2008 dari Bupati Kebumen (2008), dan Penghargaan dari Jaiki Jepang, khusus untuk orang cacat. Dan yang terakhir adalah penghargaan dari SCTV Award 2012.  Mengubah sesuatu hal biasa menjadi luar biasa adalah pekerjaan atau kebiasaan orang kreatif. Dan Irma layak dinobatkan sebagai Kartini Update di Jaman Ekonomi Kreatif.

Saat menerima penghargaan dari Mepora Adiyaksa Dault

sederhana, ulet, teladan...

Selasa, 26 Maret 2013

Menguatkan Pilar Ekonomi Kreatif: Upaya Menuju Kawasan Industri Kreatif Bagian 1



Seminar industri kreatif yang diprakarsai oleh STIE dan Koperasi Alumni (Kopastie) YKPN Yogyakarta Juni 2011 menarik kesimpulan bahwa media tradisional radio, TV dan lainnya tetap menjadi media utama pemasang iklan. Dari beragam kategori iklan,  pangsa pasar terbesar adalah kalangan remaja. Sementara itu, periklanan merupakan satu dari sejumlah cabang industri kreatif yang berkembang versi Departemen Perdagangan RI. Jika hal ini mewakili gambaran umum tentang “peta buta” kondisi aktual industri kreatif Indonesia, maka perekonomian nasional ke depan akan ditopang oleh sekitar 15 pilar industri kreatif (14 jenis versi Dep. Pedagangan dan satu yang tengah diusulkan masuk kategori ini adalah industri kuliner).

Industri kreatif biasanya muncul dari lingkungan yang iklim kewirausahaannya berkembang cukup baik. Ada tiga contoh wilayah yang mampu membuktikannya yaitu Bandung dengan industri tata busananya. Yogyakarta dan Pulau Bali berkibar dengan kerajinan tangan.  Ke tiga wilayah itu boleh dibilang merupakan tujuan utama wisata lokal maupun manca negara. Industri kreatif (versi Departemen Perdagangan RI) mengacu pada definisi: "Industries which have their origin in individual creativity, skill & talent, and which have a potential for wealth and job creation through the generation and exploitation of intellectual property".
Jelas bahwa pelaku industri kreatif adalah pewirausaha. Dan ini berkait erat dengan perilaku, sikap atau budaya warga masyarakat.

Secara umum, pola budaya masyarakat Indonesia yang cenderung komunal adalah tantangan dan sekaligus peluang bagi pengembangan ekonomi kreatif. Di sisi lain, sikap kebanyakan pemerintah daerah khususnya terhadap keberadaan aktivitas industri kreatif masih setengah hati.  Dua hal yang menjadi tantangan ini dapat berubah sebagai peluang jika pelaku industri kreatif bergabung dalam suatu wadah formal yang dikelola berdasarkan kaidah manajemen dan profesionalitas. Bantuknya bisa koperasi atau perusahaan umum (corporate). Idealnya mencakup bidang industri yang saling berkait. Misalnya kerajinan, busana, desain, pasar seni dan barang antik, percetakan dan penerbitan serta layanan komputer dan piranti lunak.

Kawasan atau sentra industri kreatif ini berbeda dari konsep LIK (lingkungan industri kecil) yang menjadi tempat berkumpulnya sejumlah kegiatan industri pada satu cakupan wilayah fisik yang besar dan luas. Di dalam sentra industri kreatif, para pelaku hanya berkumpul dalam memanfaatkan fasilitas tertentu semisal bengkel kerja ( workshop ),  laboratorium dan pusat pengembangan desain yang biasanya cukup mahal untuk dimiliki sendiri. Atau ruang pamer ( showroom ) yang menyatu dengan ruang/ tempat untuk melakukan negosiasi dan transaksi bisnis berskala besar yang dilengkapi dengan fasilitas penyediaan teknologi informasi berjaringan luas dan sebagainya. Aktivitas produksi barang/jasa tetap dapat dilakukan di tempat semula dan mandiri.

Berikut adalah pengelompokan jenis industri kreatif versi Departemen Perdagangan RI:
1. Periklanan (kreasi dan produksi iklan)
2. Arsitektur (tata kota, pertamanan, konservasi budaya, lelang dan
     sebagainya)
3. Pasar seni dan barang antik
4. Kerajinan
5. Desain (interior, eskterior, grafis dan sebagainya)
6. Tata busana (fashion)
7. Film dan fotografi
8. Permainan kreatif
9. Musik
10. Seni pertunjukan
11. Penerbitan/percetakan
12. Layanan komputer dan piranti lunak
13. Televisi dan radio
14. Riset dan pengembangan.



Satu bidang yang belum tercakup pada kategori di atas adalah kuliner. Sektor ini sangat elastis dengan semakin meningkatnya pendapatan dan kesadaran atas pola makan/minum yang memenuhi syarat-syarat tertentu: kesehatan, cita rasa, estetika dan sebagainya. 

Senin, 25 Maret 2013

OBSESI(KU) UNTUK PERAJIN ANYAMAN PANDAN DI KEBUMEN


Mewujudkan cita-cita adalah wajib bagi manusia. 
Karena cita-cita itu merupakan motivasi untuk maju dan berkembang. Tetapi proses pencapaiannya dapat berbeda antara satu dan lain orang. Ada yang mulus, tersendat atau macet.

Kerajinan anyaman pandan di Desa Grenggeng Kecamatan Karanganyar sudah saya kenal sejak tahun 1990. Saat saya dikenalkan oleh almarhum Bapak Abdurrahman selaku petugas lapangan pada kantor Dinas Perindustrian Kabupaten Kebumen. Secara garis besar, visi kami serupa yakni mengembangkan industri rumah tangga ini sejajar dengan Tasikmalaya (Rajapolah) yang selama ini merupakan konsumen terbesar complong (hasil anyaman berbentuk silindrik)  produksi perajin anyaman Grenggeng melalui pengembangan desain dan pasar. Dari mas Rahman, kemudian saya mengenal nama-nama pemuka di komunitas perajin yang saat itu bergabung dalam wadah KUB (Kelompok Usaha Bersama) Pandansari. Yaitu Ibu Djumarnah, Ibu Djamhari dan Ibu Maryani. Nama terakhir adalah orang yang sering berkomunikasi dan saya ajak mengikuti pameran di beberapa tempat seperti Balai Kerajinan Provinsi DKI Jakarta dan Jakarta Design Center.


Sebenarnya jalur saya berbeda dengan pandan. Sejak ikut pelatihan manajemen dan desain kerajinan bambu yang diselenggarkan oleh Yayasan Pengembangan Desain Kerajinan Indonesia (YPDKI) 1991, tentunya saya lebih fokus di lingkungan kegiatan kerajinan bambu. Khususnya untuk furnitur. Setelah melakukan kaderisasi, saya meninggalkan Kebumen untuk urusan pribadi dan kembali akhir 1995. Tentu saja masih tetap memantau dan melakukan kunjungan lapangan saat pulang kampung. Masa-masa itu masih sangat berat untuk menggantungkan “nasib” pada kegiatan kerajinan (mungkin tidak berlaku untuk yang lain).

Ketertarikan pada perkembangan kegiatan kerajinan pandan di desa Grenggeng dan sekitarnya sebenarnya tidak pernah pudar. Karena itu, ketika melihat ada potensi besar pada pribadi Yahya Mustofa yang saya kenal saat melakukan aktivitas bersama pada program pengembangan Lembaga Ekonomi Produktif Masyarakat Mandiri (LEPMM) di tengah tahun 1999 (salah satu pemicu perkembangan BMT di Kabupaten Kebumen), saya dorong dia agar lebih fokus  pada “nasib” industri kerajinan pandan meski posisi formalnya lebih tinggi dari saya. Hampir semua pengetahuan dan pengalaman saya berikan untuk menambah bekal dirinya. Dia bisa melakukan dan selanjutnya mengangkat dirinya sebagai “tokoh” penting dalam industri kerajinan di Kabupaten Kebumen. Bahkan tak tanggung, setelah menerima Danamon Award, ia raih Upakarti untuk kategori kepeloporan pemuda dari Presiden RI. Sebagai mentor, saya bangga mendengarnya (meski yang bersangkutan memberitahukannya terlambat beberapa bulan). Dalam rentang waktu yang relatif pendek (sekitar 9 tahun), Yahya Mustofa melesat dalam bendera Dubexcraft jauh di depan para pegiat seperti ketiga orang yang disebut di atas dan Ibu Ngatini yang setia menemani perjalanan dirinya selama ini.

 Ibu Ngatini

Singkat cerita , ia (entah karena alasan apa) menemui dan mengajak saya agar aktif kembali dalam kegiatan pengembangan kerajinan anyaman. Kali ini tak tanggung lagi, berskala nasional di bawah nama Himpunan Perajin Anyaman Indonesia (Hipando) melalui Temu Karya Kerajinan Nasional di Hotel Maharani Jakarta 27-29 Oktober 2010. Dari sini, saya dapat lebih mengenal pribadi Ibu Ngatini sampai sekarang. Seperti biasa, saya menduga akan dijadikan trigger di arena itu. Ternyata benar, jabatan double selaku Sekretaris II di tingkat nasional dan Kordinator Provinsi Jawa Tengah. Bukan kebanggaan yang saya terima. Justru prihatin karena sampai saat ini belum mampu jadi jembatan bagi perajin anyaman di Jawa Tengah. Banyak kendala internal dan eksternal yang harus dihadapi.  Berbagai upaya telah saya lakukan secara pribadi dan dorongan semangat dari Ibu Ngatini dan kawan-kawan agar Hipando bukan sekadar papan nama seperti organisasi sejenisnya.

Terlepas dari adanya kendala yang selalu dialami oleh setiap orang dan organisasi, hal yang lebih penting adalah komitmen dan langkah nyata. Pergulatan selama lebih dari dua tahun nampaknya akan membuahkan hasil jika usulan kami (saya dan Edie “Bonggol Jagung” Juandi) kepada Kementrian Perindustrian RI tentang program Pelatihan Industri Kerajinan Ekspor Berbahan Serat Alami dapat direalisasikan segera. Kerajinan Anyaman Pandan adalah adalah satu prioritas. Semoga. 

Selasa, 03 Mei 2011

Woven Indonesian Association of Craft, A Developing Options

Pandanus

Pandan is a class of plant monocot of the genus Pandanus. Most of its members is growing on the beaches of a tropical area. Members of this plant is characterized by an elongated leaves (such as palm leaves or grass), often jagged edges. The root are large and have akar tunjang that sustain this plant. Pandanus fruit bouquet arranged in a rounded shape, such as fruit durian. This plant size varies, ranging from 50cm up to 5 meters, even in Papua many pandanus to a height of 15 meters. The leaves are always green (evergreen, evergreen ), so some of them used as ornamental plants.


There are at least 600 species of pandanus in the whole world, among which are :
§  Fragrant pandan ( Pandanus ammaryllifolius )
§  Sea pandanus ( Pandanus tectorius )
§  Papua Red Fruit ( Pandanus conoideus )
§  Twisted pandanus ( Pandanus utilis )
§  White Pandan ( Pandanus baphtisii )
§  African Pandan ( Pandanus pygmeus )
Pandan Bali , which is often used as ornamental plants, is not a member of Pandanus but Cordyline Australis .



Kebumen Regency in Central Java is one of the centers of production and development for woven pandanus in Indonesia. There are a land area about  ​​15 hectares in the vicinity of the Thousand Mountains (Pegunungan Seribu)  in the north which planted pandanus thorns as a raw material for making woven of pandanus.  Around 10 000  people,  mainly women,  worked in some center of activities to create and develop crafting for woven pandanus.


    Production Activitiy: woman domination





Beras Wutah
Bintangan








Dlereng
Es Lilin






Dlerengan
Kedelen






Kerton Warna
Kerton






Krejen
Mata Deruk
  
  





Menyan Kobar
Tampolan Besar
types of matting