Mengisi Ruang Kosong Di Rumah Bupati Kebumen - Bagian I

Dalam situs resmi Pemerintah Kabupaten Kebumen terdapat Ruang Diseminasi yang selama ini dibiarkan kosong. Ruang-ruang itu adalah 15 Sub Sektor dalam Ekonomi Kreatif,

KONSISTENSI KI ESSER KARTON

Slamet Riyanto yang biasa dipanggil Esser adalah satu seniman multi talenta yang konsisten memelihara sikap berkesenian melalui beragam karya kreatif. Satu diantaranya adalah wayang yang semua tokohnya dibuat dari kardus bekas kemasan dan limbah lainnya.

MENGINTIP RUANG KOSONG DI RUMAH BUPATI BAG..

Masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan di sini.

MENGISI RUANG KOSONG DI RUMAH BUPATI KEBUMEN - BAGIAN III

OVOP Kerajinan Pandan adalah satu sub tema yang jadi Pemenang dalam lomba karya tulis ilmiah Riset Unggulan Daerah (RUD) tahun 2013. Sampai saat ini implementasi hasilnya belum jelas. Akankah nasibnya seperti Hipando yang terbengkelai ?

Tampilkan postingan dengan label Pariwisata. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pariwisata. Tampilkan semua postingan

Rabu, 03 April 2013

ANTARA JOGJA, SOLO DAN BANDUNG



Proses Kreatif di Pusat-pusat Kreatifitas - Bagian I

Hampir setiap kali membahas ekonomi kreatif, dua kota utama : Jogja dan Bandung muncul sebagai bagiannya. Jogja dengan segala sebutan : kota pelajar, wisata, kuliner (gudeg dan beragam jajanan khas), budaya dan entah berapa lagi lainnya boleh disebut sebagai barometer dunia kreatif di tanah air. Masih ingat kaos oblong “DAGADU” ? Kaos yang identik dengan kaum muda berlogo mata sesuai namanya. Dagadu adalah bahasa plesetan dari kata matamu. Bagi masyarakat Jawa, kata itu berkesan kasar atau tidak berbudaya. Di situlah letak ketajaman daya kreasi pencipta merk ( A Noor Arief) yang telah dibajak berkali-kali, sampai sekarang masih eksis berkreasi di sub sektor busana (fesyen/ fashion).


Selain memproduksi kaos, Dagadu juga memfasilitasi beragam kegiatan kreatif di antaranya Lomba pembuatan video kreatif tentang Jogja (Jocvec), membuat situs internet: http://blog.dagadu.co.id/  yang isinya khas  dan semua dikasih nama dengan imbuhan MATA. Misalnya kolom yang bertajuk MATALALU  yang berisi informasi masalalunya Dagadu untuk pemula maupun garda depan yang punya tugas di bidang layanan konsumen (lakon). Tanpa bermaksud melebih-lebihkan Dagadu (yang memang punya banyak kelebihan) atau Jogja (karena bagian dari alumni di kota itu), saya menyoroti dagadu karena kejelian mereka melihat banyak persoalan rumit dalam kacamata cerdas (smart) dan tetap tersenyum (smile). Dua hal yang membedakan “gali” Jogja dengan lainnya. Dagadu adalah bahasa “gali” dan oleh mas Noor Arief sang pemilik merek dagang DAGADU digali maknanya sampai benar-benar njogjani alias pokoknya Jogja banget. Kesan sangar sang gali diubah total dengan “senyum” yang representatif keramahan masyarakat Jogja.  


Dalam hal penerapan Ekonomi Kreatif, Kota Jogja memakai logo di atas yang sudah cukup dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Jargon yang diusung adalah " NEVER ENDING ASIA".  Kota ini memilih sub sektor kerajinan, fesyen, piranti keras dan lunak komputer sebagai andalan untuk menggerakkan ekonomi kreatifnya. Hal ini dilandasi oleh keyakinan bahwa Yogyakarta adalah kota seni dan budaya. Beragam peninggalan sejarah karya seni adiluhung seperti keraton dan tari langen bedaya-nya; pandangan spiritual tentang jalur imajinatif Merapi, Keraton dan Laut Selatan; munculnya nama kampung kerajinan seperti Batikan, Gamelan, Gemblakan, Kotagede dan lain-lain serta aneka kerajinan yang sudah memasyarakat seperti batik, olah kulit, ukir dan sebagainya.

Dari alasan di atas kemudian disusun 13 langkah untuk merealisasikannya: 
  1. Mendorong lahirnta YOGYAtic sebagai komunitas produsen kerajinan sekaligus perintis pola pembinaan OVOP sehingga mendapat penghargaan Hiramatsu Award.
  2. Memfasilitasi sekretariat Yogya-IT
  3. Dalam RPJMD, salah satu programnya adalah pengembangan industri kreatif
  4. Kebijakan menuju Yogya Cyber Provinc
  5. Penyelenggaraan lomba desain produk kerjasama pusat dan daerah
  6. Mendorong kegiatan promosi penerbitan dan percetakan dalam bentuk bursa buku
  7. Memberikan apresiasi kepada kreator
  8. Melakukan sosialisasi kebijakan pengembangan industri kreatif
  9. Menyelenggarakan promosi produk industri kreatif di tingkat lokal maupun nasional
  10. Menyelenggarakan kegiatan tahunan Festival Kesenian Yogyakarta (FKY)
  11. Penyelenggaraan kegiatan tahunan Yogya Fashion Week
  12. Menyelenggarakan Cat Fish Day untuk meningkatkan konsumsi ikan nasional
  13. Menyelenggarakan pameran kuliner menu tradisional melalui dinas pariwisata
Mengurai kreatifitas anak-anak muda Jogja sepertinya tak akan ada habisnya. Setiap sudut kota punya sisi menarik untuk digali sisi kreatifnya. Pasar kerajinan di sepanjang Jl. Malioboro seolah bersambung dengan pasar jajanan di Jl. Mataram sampai Pasar Pathuk yang menyajikan bakpia hangat yang baru keluar dari oven para pembuatnya. Di sekitar pasar tradisional yang berada di tengah kota Jogja ini, kita bisa juga menikmati gudeg ala Yu Siyem yang telah dikenal sejak jaman perjuangan menegakkan kemerdekaan. Tidak heran jika Dagadu.co.id menyediakan laman khusus: kapan lagi ke Jogja untuk para alumni menapak-tilasi jejak Jogja dengan segala ragam kenangan yang melekat di hati.
   
Jika kaos Dagadu Jogja muncul di pertengahan 1990-an, Bandung telah mendului sebagai pelopor pembuatan Indonesian Denim (jeans Bandung) dengan Jl. Tamim sebagai icon utama. Beda dengan Jogja yang menggali habis budaya lokal, Bandung cenderung memilih sebagai duplikator model jeans dari merek-merek internasional yang sudah dikenal publik. Olah duplikasi ini berlangsung cukup lama, sekitar dua dasawarsa sampai awal 2000-an ketika Jakarta mulai tertarik bersaing dengan Bandung. Saat ketika produk konveksi dan garmen rumahan mengalami booming. Setidaknya, kesan itu yang saya dapatkan di lapangan sepanjang waktu mendampingi sentra konveksi Roworejo memasuki pusat-pusat perdagangan barang konveksi dan garmen di Tanahabang dan Cipulir (Jakarta) atau sekitar Jl. Embong Malang dan Jembatan Merah di Surabaya. 
(bersambung: Solo dan Bandung)




Minggu, 24 Maret 2013

Lomba Foto Sadar Wisata 2013




SYARAT-SYARAT DAN KETENTUAN  TEKHNIS  LOMBA
  1. Lomba Foto bersifat nasional
  2. Terbuka untuk umum (Panitia dan Dewan Juri tidak diperkenankan mengikuti lomba)
  3. Tidak dipungut biaya
  4. Foto milik pribadi (bukan karya orang lain), belum pernah memenangkan lomba foto apapun
  5. Foto harus sesuai dengan Tema “KENANGAN INDAH : MANUSIA, BUDAYA DAN ALAM INDONESIA”.
  6. Lokasi obyek pengambilan foto di seluruh wilayah Indonesia
  7. Peserta yang mengirimkan foto obyek-obyek wisata yang jarang diekspos akan mendapatkan penilaian lebih dari dewan juri.
  8. Jumlah foto dibatasi tiap peserta dapat mengirimkan fotonya paling banyak 5 lembar dengan obyek yang berbeda.
  9. Foto dikirimkan dalam bentuk cetakan, berukuran sisi terpendek 20 cm (kira-kira setara dengan10 R atau 10 RS), disertai CD berisi File digital foto tersebut;
  10. Ukuran File digital foto berketentuan : sisi panjang minimum 3000 pixel disimpan dalam format JPG medium (minimum skala 6). Nama file digital : namapeserta_judul_lokasipemotretran_Nomor HP. Foto digital harus masih mengandung EXIF.
  11. Tidak diperkenankan mencantumkan data, tulisan/gambar apapun di bagian depan foto;
  12. Dibalik foto harus dilekatkan kertas yang memuat data: Judul foto; Nama dan Alamat  pemotret; No. Telp dan Hp; Peristiwa dan lokasi foto.
  13. Rekayasa digital dizinkan sebatas sama dengan yang biasa dilakukan dalam kamar gelap fotografi film, yaitu : cropping, kontras, dodging dan burning, saturasi.
  14. Semua foto pemenang menjadi milik Panitia dan Panitia berhak menggunakan foto tersebut sebagai bahan publikasi tanpa harus meminta izin terlebih dahulu.
  15. Panitia tidak mengembalikan foto yang dikirim oleh Peserta.
  16. Foto harus sudah diterima panitia pada tanggal 15 Juli 2013 pukul 13.00 WIB;
  17. Panitia berhak mendiskualifikasi peserta sebelum dan sesudah penjurian apabila dianggap melakukan kecurangan.
  18. Panitia akan melakukan segala tindakan yang diperlukan untuk melindungi karya peserta, namun Panitia tidak bertanggung jawab atas kerusakan atau kehilangan yang timbul selama pengiriman.
  19. Keputusan Dewan Juri sah dan tidak dapat diganggu gugat.
  20. Setiap peserta hanya boleh mengirimkan maksimal 5 foto. Dengan mengirimkan karya foto berarti peserta telah dianggap menyetujui semua persyaratan yang telah ditetapkan oleh Panitia.
  21. Hadiah total : Rp. 77.500.000,-
  22. Penjurian dilakukan tanggal 22 Juli 2013
  23. Pengumuman Pemenang, Penyerahan Hadiah dan Pameran foto pemenang dan nominasi : September 2013
  24. Untuk informasi Lomba Foto Sadar Wisata peserta dapat mengunjungi Website Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif :www.parekraf.go.id
SYARAT PENGUMPULAN FOTO
  1. Semua karya foto dimasukkan ke dalam amplop tertutup disertai soft copy dalam bentuk CD/ DVD
  2. Di sudut kiri atas amplop di tulis LOMBA FOTO SADAR WISATA 2013
  3. Foto dapat diantar langsung atau di kirim via Pos kepada Panitia, dengan alamat:

Sekretariat Panitia Lomba Foto Sadar Wisata 2013
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 
Jl. Medan Merdeka Barat No. 17, Jakarta 10110
Gedung SAPTA PESONA, Lt. 4.
Alamat email: 
fotosadarwisata@parekraf.go.id 
DEWAN JURI
  • Ketua : Sigit Pramono (Ahli Fotografi, Komisaris BCA)
  • Anggota : Arbain Rambey (Ahli Fotografi, Harian Kompas)
  • Anggota : Darwis Triadi (Ahli Fotografi, Darwis Triadi School of Photography)
  • Anggota : Ray Bachtiar (Ahli Fotografi, Komunitas Lubang Jarum Indonesia)
  • Anggota : Bambang Wijanarko (Ahli Fotografi, Komunitas Fotografi Kemenparekraf)
HADIAH PEMENANG LOMBA FOTO
JUARA I             :  Rp 20 Juta  +  Trophy Menteri +  Piagam
JUARA II            :  Rp. 17 Juta +  sda
JUARA III           :  Rp. 15 Juta + sda
Harapan I          :  Rp. 10 Juta + piagam
Harapan II         :  Rp. 7,5 Juta + piagam
Harapan III        :  Rp. 5  Juta + piagam
Hadiah Favorit    :  Rp. 3  Juta + piagam
(Total Rp. 77. 500.000,- )

sumber : http://budpar.go.id/asp/detil.asp?c=17&id=2134