Kamis, 09 Mei 2013

Mengapa OVOP ?

Sumbang pikir untuk Tema OVOP Kerajinan Pandan
 pada Lomba Riset Unggulan Daerah 2013



OVOP mengacu pada pendekatan GNS (Gross National Satisfaction) yang menitikberatkan kualitas atau “isi mengungguli bentuk”. Yang dimaksud isi adalah sumber-sumber daya potensial setempat yang dapat mengangkat harkat dan martabat masyarakat lokal atas upaya-upaya riil yang telah mereka usahakan untuk memenuhi hajat hidupnya. Inilah yang menjadi alasan utama munculnya gerakan OVOP. Penghargaan yang memadai atas hasil karya cipta yang memberi kepuasan ekonomi dan spiritual. Pola penghargaan serupa ini adalah pendekatan kultural dalam menggali dan mengembangkan nilai-nilai ekonomi suatu komunitas (desa, distrik dan seterusnya).
Pendekatan kultural  dalam bahasa yang paling sederhana adalah memanusiakan manusia. Dalam hal ini, budaya masyarakat komunal akan berbeda dibanding  yang individual. Pada umumnya, pola budaya masyarakat Indonesia adalah komunal dan paternalistik. Peran para pemuka atau tokoh sangat dominan dalam mewarnai pola kehidupan mereka. Demikian pula dengan simbol-simbol sosial. Seorang pemuka tanpa ada simbol sosial tertentu hanya akan menghasilkan artefak instan yang berdurasi pendek dan cenderung transaksional. Pertukaran nilai antara pemuka dan pengikut biasanya sebatas pemenuhan kebutuhan ekonomi dan kurang menjangkau nilai-nilai spiritual. Sehingga, proses pertukaran nilai relatif tidak diiringi dengan keterikatan batin yang membuat pemuka dalam waktu singkat akan ditinggalkan oleh pengikutnya.
     
 
Konsep OVOP dari penggagasnya menyaratkan ketentuan:
  • Local yet global (kekuatan lokal yang berpotensi global). Banyak sumber daya lokal yang berpotensi global. Revolusi teknologi informasi yang terjadi sangat cepat akhir-akhir ini menempatkan posisi media sosial semisal Facebook, Twitter, LinkedIn dll menjadi ajang pertukaran informasi global yang sering berujung dengan kesepakatan bertransaksi. Kemudahan mengakses internet dari ponsel semakin memperpendek jarak ruang dan waktu yang dalam teori ekonomi klasik bernilai tinggi. Bahkan, lapak pencarian terpopular saat ini yaitu Goggle telah mengembangkan program-program unggulan secara cuma-cuma  bagi para blogger. Karena itu, menghadirkan produk lokal bernuansa global saat ini relatif lebih mudah. Persoalannya, mampukah produk itu menghadirkan brand image sebagai produk unggulan secara kualitatif dan terpelihara kontinuitasnya ?  
  • Self reliance and creativity (kemandirian dan daya cipta). Masalah klasik dalam menggali potensi produk lokal yang bernuansa global adalah budaya kerja yang mampu mengimbangi atau menjawab tantangan  pasar kekinian. Pada umumnya, budaya kerja masyarakat Indonesia relatif lemah kecuali bagi pribadi-pribadi yang memiliki kemandirian sikap dan berpola-pikir terbuka (outward looking). Gerakan masyarakat madani (civil society) di era keterbukaan saat ini mestinya mampu mendorong lebih banyak lagi pribadi-pribadi mandiri, kritis dan bekerja sesuai perkembangan daya cipta (creativity) pribadinya. Lingkungan, terutama pemerintah memberikan apresiasi memadai kepada mereka. Dan insentif agar kreativitas yang ada pada pribadi-pribadi tadi membawa dampak positif bagi lingkungan sekitarnya. Di sinilah letak peran pemerintah selaku penentu kebijakan publik. Intervensi sebatas hal-hal regulatif dan penyediaan fasilitas publik semisal jalan berhotmix, pembangkit listrik dsb; akan memacu pertumbuhan dan perkembangan aktivitas produktif masyarakat lokal tsb.
  • Human resource development (pembangunan Sumber Daya Manusia). Berkait dengan penentuan kebijakan publik, badan-badan usaha yang mampu memberikan kontribusi positif bagi pembangunan sumber daya manusia lokal semisal melalui program CSR terarah layak diberi insentif. Demikian juga dengan perguruan tinggi yang konsisten melakukan kegiatan penelitian ilmiah dan pengabdian kepada masyarakat berkait dengan pengembangan sumber daya manusia lokal seperti yang dilakukan FSRD dan Sekolah Bisnis ITB yang merangsang tumbuh dan berkembangnya kampung-kampung kreatif di sekitar kota Bandung layak dipertimbangkan secara saksama sebagai mitra kerja jangka panjang pemerintah setempat. Apalagi jika ada Sekolah Menengah Kejuruan setempat yang membuka jurusan atau minimal program ekstra kurikuler khusus pengembangan produk unggulan lokal tsb.
Aplikasi program CSR terarah lebih menguntungkan tanpa disertai keharusan perusahaan ybs menjadi bapak angkat komunitas produktif lokal tsb. Pengalaman yang terjadi selama ini banyak membuktikan bahwa pola anak-bapak angkat tidak efektif dan hanya menguntungkan sebagian kecil orang baik yang ada di dalam komunitas, terutama orang-orang atau lembaga yang “merasa memiliki” tapi tak pernah atau tak mampu memelihara kontribusi positifnya bagai pengembangan sumber daya manusia lokal.   

Kunci sukses aplikasi OVOP:
  1. Local residents’ awareness for their own potential and their region’s resources. Kesadaran masyarakat setempat atas potensi diri dan sumber-sumber daya yang ada di lingkungannya.
  2. Recognition of treasures in the area. Pengakuan sebagai kekayaan (budaya dan ekonomi lokal)
  3. Continuity is Power (kontinuitas sebagai kekuatan utama)
  4. High-value-added Products (produk-produk yang dihasilkan bernilai tambah tinggi).
  5. Secured sales route (ada jaminan atas ketersediaan produk yang siap jual).
  6. Human resources development (pembangunan sumber daya manusia)
Ke 6 kunci sukses di atas cukup jelas.

Think globally, Act Locally
(berpikir secara global, bertindak dengan cara lokal)

Berpola pikir global atau terbuka (outward looking) pada dasarnya adalah cara berpikir  keluar dari kerangka yang biasanya terjadi (out of box) dan tidak gaptek / gagap teknologi (as sound of  IT update). Itulah yang terjadi dalam OTOP di Thailand. Program internet masuk desa untuk memacu perkembangan aktivitas produktif dan inovatif masyarakat desa. Sehingga aliran informasi dari dan ke setiap desa yang memproduksi barang-barang berkualitas tinggi dan layak jual secara global berlangsung lancar.  Dan transaksi dapat dilakukan dengan lancar juga.
Bertindak dengan cara lokal pada intinya adalah penghormatan atas tradisi dan kearifan lokal. Keberhasilan OTOP di Thailand adalah kepiawaian pemerintah setempat menginspirasi, bukan mengintervensi, perubahan pola pikir  yang kemudian berdampak positif dalam pola tindak masyarakat setempat dengan tetap mengapresiasi tradisi dan kearifan lokal secara proporsional.

Demikian sumbang pikir saya secara garus besar sebagai dukungan pribadi bagi upaya Pemkab Kebumen mengintensifkan kualitas material dalam Lomba Riset Unggulan Daerah 2013 yang bertema OVOP Kerajinan Pandan ini. Semoga yang sedikit ini bermanfaat. 

0 komentar:

Posting Komentar