Kamis, 28 Maret 2013

Menguatkan Pilar Ekonomi Kreatif Bagian II


OVOP: BERPIKIR GLOBAL, BERTINDAK LOKAL


Tulisan ini adalah bagian dari tulisan tentang gagasan “Menguatkan Pilar Ekonomi Kreatif”. Pada bagian II yang berjudul sama dengan di atas, saya ingin menampilkan trend baru pendekatan pembangunan ekonomi lokal berbasis pengembangan aktivitas kreatif masyarakat. Kabupaten Kebumen yang selama ini terengah-engah mengejar ketertinggalannya dari daerah lain punya potensi kekuatan andalan di antaranya adalah sentra kerajinan anyaman pandan di Kecamatan Karanganyar dan sekitarnya.

Sekali lagi, saya harus memberikan apresiasi sangat tinggi kepada orang Jepang. Setelah Keizen Costing yang membuyarkan pandangan Barat tentang efisiensi melalui koreksi atas definisi biaya variable atau overhead cost, kini ada Dr. Morihiko Hiramatsu yang saat menjadi Gubernur Oita menggagas dan mengembangkan pemikiran brilian “OVOP    (One Village One Product) yang gaungnya baru di Indonesia terasa setelah dua dekade berjalan di negeri asalnya. Konsep OVOP jauh lebih sederhana dari Keizen. Tetapi keduanya (seolah) memiliki kaitan erat yakni berbasis aktivitas.
Alasan utama yang mendorong munculnya gagasan OVOP yaitu:
  1. Local yet global. Produk-produk yang dibuat bernuansa global adalah satu penghargaan atas budaya lokal.
  2. Self-reliance and Creativity. Realisasi OVOP harus merupakan tindakan mandiri dalam mengoptimalkan potensi lokal.
  3. Human Resource Development. Pembumian gagasan kepada masyarakat dengan memberi tantangan dan semangat kreatif. 
Perajin anyaman desa Grenggeng yang jadi "karyawan"
salah satu vendor kerajinan anyaman pandan

Kunci Sukses Sebuah Gerakan "Satu Desa, Satu Produk"

Gerakan "One Village, One Product"  menarik perhatian dari daerah-daerah yang berpenghasilan rendah tidak dapat menarik industri teknologi tinggi dan juga  para pegiat pada proyek-proyek pengentasan kemiskinan. Gerakan ini merekomendasikan penduduk setempat untuk menggunakan sumber daya lokal dalam menghasilkan nilai tambah produk yang tinggi, dan membawa hasil yang mereka buat ke pasar. Banyak pemimpin telah datang jauh-jauh ke Oita untuk belajar tentang pengembangan sumber daya manusia melalui kampanye gerakan ini. Kata kunci yang saya bisa tunjukkan kepada  Anda;
  1. Penduduk setempat punya kesadaran atas potensi mereka sendiri dan sumber daya  yang ada wilayah mereka. 
  2. Diakui sebagai kekayaan lokal (daerah). 
  3. Kontinuitas adalah sumber kekuatan utama. 
  4. Produk yang dihasilkan memiliki nilai tambah tinggi
  5. Ada jaminan atas penjualan
  6. Pengembangan SDM (Sumber Daya Manusia).
Jika memperhatikan dengan saksama gagasan dasar Program, OVOP akan berhasil ketika masyarakat dan pemerintah memiliki penilaian(visi) sama tentang potensi lokal  yang berbasis budaya. Produk-produk anyaman pandan di Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah sebenarnya termasuk dalam gagasan dasar Morihiko Hiramatsu-san yaitu local yet global. Banyak vendor (pemasok barang kerajinan) yang berkiprah dalam bisnis produk-produk berbasis anyaman pandan global mengambil bahan setengah jadi (complong) dan produk ¾ jadi (sisanya berupa asesori, kemasan dan merk dagang) dari perajin  Desa Grenggeng dan sekitarnya. Gagasan Gubernur Provinsi Jawa Tengah, Bibit Waluyo, yang dikenal dengan istilah/ jargon “bali ndesa, mbangun desa” sebenarnya mengacu pada program OVOP ini. Tapi, seperti biasa, karena hanya merupakan komoditas politik menjelang pilkada, nilai apresiasinya relatif rendah dan tanpa tindak lanjut yang jelas selain jargon itu sendiri yang dirupakan dalam bentuk lagu atau sejenisnya. Begitu juga dengan Buyar Winarso yang sekarang menjabat Bupati Kebumen dengan jargon “aku sing ngerti karepmu”, ketika ada masalah yang cukup signifikan berubah jadi “se karepmu lah”. 

Beberapa Nama/ Sebutan OVOP di Berbagai Negara
(Local Diplomacy)
  1. One Factory One Product (Shanghai, China)
  2. One City One Product (Shanghai, China)
  3. One District One Product (Shanghai, China)
  4. One Village One Treasure (Wuhan, China)
  5. One Region One Vision (Philipine)
  6. Satu Kampung Satu Produk Movement (Malaysia)
  7. Back to Village (Jawa Timur, Indonesia)
  8. One Village One Product Movement (Kamboja)
  9. One Village One Product Day (Los Angeles, USA)
  10. One Parish One Product Movement (Louisiana, USA)
(bersambung)

0 komentar:

Posting Komentar