Bukan hanya stasiun TV saja yang punya jargon " wow keereeeeeeen". Hasil karya kreatif gadis imut ini pantas memilikinya. Secantik dirinya, beragam kotak fungsional untuk kado, pensil, perhiasan dan lain-lain, lebih tampak keren dan ngetrend ada di dalamnya. Itulah kesan yang saya tangkap saat berkunjung ke rumah Vicky Indah yang usianya belum genap 15 tahun. Didampingi kedua orang tuanya, Bapak dan Ibu Sapto yang berada di bibir Sungai Luk Ulo Pasarpari Kebumen, Vicky, sebutan akrab gadis yang belajar di Kelas 9 SMPN 2 Kebumen ini menuangkan ide-ide kreatif di waktu senggangnya.
Dalam gaya khas remaja, Vicky menceritakan kegiatan membuat produk-produk kemasan cantik untuk berbagai keperluan yang telah dijalani lebih dari setahun. Ia memang bukan orang pertama yang mengawali kegiatan itu. Adalah Dwi Ratrianti Widiastuti yang akrab dipanggil mbak Wiwid ini yang memulai aktivitas industri kreatif kerajinan tangan. Ia adalah kakak Vicky yang saat ini tinggal di pinggir Kota Kembang, Bandung.
Tiga tahun lalu, saat mbak Wiwid kerja di salah satu toko swalayan di Purwokerto menerima sebuah paket kiriman salah satu pemasok barang buat tempatnya bekerja. Begitu melihat satu kotak segi empat berbalut kertas kado cantik, tiba-tiba muncul ide menirunya. Ia menggali informasi dari orang-orang yang ada di sekitar tempat kerjanya. Tak puas dengan jawaban yang ia dapatkan, mbak Wiwid memberanikan diri minta satu kotak pembungkus sepatu kepada teman yang mengelola pojok sepatu di toko swalayan itu. Sampai di pondokan, ia telah bersiap melakukan duplikasi alias nyontek produk kemasan yang dilihatnya beberapa hari sebelumnya. Entah sudah berapa kali ia mencoba, begitu selesai dibuat ia selalu bilang dalam hati " akh...belum pas dengan angan-angan".
Sampai akhirnya merasakan sesuatu yang kurang lebih membuat decak kagum teman-teman kerjanya. " Wow....keren Wid. Beli di mana kotak kado yang kamu bawa?", tanya seorang teman. Wiwid menjawab ringan " bikin sendiri !". Kaget atau kagum..itulah yang muncul dari ekspresi wajah sang teman. " Bener Wid... ini bikinan kamu?" . Wiwid hanya menganggukkan kepalanya tanda setuju. Atas saran teman lain yang posisinya cukup menentukan di toko swalayan itu, Wiwid meminta bantuan salah satu pemasok untuk memasukkan hasil karya kreatifnya di toko tempat ia kerja.
Sosok imut Vicky Indah
Luar biasa sambutan konsumen. Wiwid sempat kewalahan menerima permintaan mereka. Untuk memenuhi permintaan itu, ia sering terlambat tidur dan kurang istirahat. Bayangkan, jam 2 atau 3 pagi baru berangkat tidur, paling lambat jam 8 harus bangun dan berangkat ke tempat kerjanya dengan berjalan kaki sekitar 500 m dari pondokan atau sekitar 10 menit. Sementara itu, waktu masuk kerja giliran pagi adalah jam 9. Karena itu, jika pesanan sedang tinggi, rasa kantuk dan letih ia alami berkali-kali di tengah waktu kerja. Teguran demi teguran ia terima dari atasan. Akhirnya Wiwid harus menentukan pilihan: jadi karyawan atau pengusaha produk kerajinan kemasan. Ia pilih jadi pengusaha meski dalam bayang gelisah jika pesanan sedang sepi. Keputusan ini dilanjutkan dengan keputusan lain: kembali ke kampung halaman dan berkumpul dengan kedua orang tua kandungnya. Iapun harus siap menghadapi tantangan jarak Kebumen - Purwokerto dengan moda transportasi umum. Bus atau kereta api kelas ekonomi agar ngirit ongkos. Tantangan lain yaitu membuka peluang pasar di Kebumen yang tidak diketahui dan mungkin juga sikap orang tuanya yang bisa saja menyalahkan dirinya telah membuat keputusan drastis itu (bersambung).
Suasana di ruang kerja
0 komentar:
Posting Komentar