Siluet tampilan Teater Ego Kebumen. |
Segmen 1 : Gelar Panggung Tetaer II 2010
Bagian 2 : Pertunjukan Hari Kedua
Pentas
hari ke dua yang diharapkan sebagai malam puncaknya Gelar Panggung Teater 2010
dibuka dengan penampilan kolosal dan garapan yang cukup rapi dari Teater
Spenven. Berikutnya adalah tampilnya tiga dara Tetrasa tanpa menyebut lakon
tertentu. Cukup hidup untuk skala pemula. Penampilan ke tiga adalah dari Teater
Didik STAIN Purwokerto dalam alur cerita yang mengalir. Diawali perubahan
setting lampu, salah satu pemain membawakan sinopsis. Nampaknya, mereka
sangat apresiatif atas acara GPT 2010. Dengan membawa pemain dan crew panggung
sekitar 40 orang, apresiasi penonton sangat baik. Saya tidak memiliki
kesempatan yang cukup untuk mengikuti seluruh jalannya pentas teater ini karena
harus menggantikan posisi tugas kepanitiaan yang sebagian besar anggotanya akan
mementaskan lakon Kalijaga karya Kang Kaji Habeb setelah pentas Teater Didik.
Ketidak-fokusan itu membuat saya sangat banyak kehilangan referensi untuk
melengkapi catatan ini. Meski demikian, dilihat dari apresiasi penonton
dan komentar teman-teman yang sempat saya hubungi, tampilan para mahasiswa/i
STAIN Purwokerto ini pantas diberi acungan jempol.
Di
tengah rasa lelah sebagai anggota panitia, Teater Ego Kebumen menutup pentas
GPT 2010 dengan lakon Kalijaga. Putut AS yang berperan sebagai Kalijaga
mengawali dengan tarian yang dibawakan secara lentur. Melambangkan kehalusan
perilaku sang wali ke 9 dari deretan Walisanga di antara arogansi Abdul Jalil
yang diperankan Ucok HaeR. Dialog antara Kalijaga dan Abdul Jalil
ini sungguh hidup. Blocking panggung nampak sempurna dan sangat
menghidupkan suasana. Vocal Ucok yang nge-bass mendukung intonasi nada-nada
lembut yang keluar dari mulut Putut AS. Tak kalah menariknya adalah
penampilan aktor dan sekaligus Sutradara Anto Batossae. Dengan penguasaan
dialog dan kelincahan gerakan pemeran Gatoloco ini seolah menutup celah seluruh
sisi panggung atas maupun bawah yang berbatasan langsung dengan penonton dalam
format lesehan. Sementara itu, Raja Brawijaya yang diperankan Theodeka memberi
kesan hidup dalam panggung seluas atas 60m2 (6 x 10m). Tata lampu yang
berkekuatan 1500 watt sedikit menghambat optimalisasi penampilan mereka.
Diakhiri dengan siluet, Teater Ego Kebumen memang pantas mendatangkan decak
kagum penonton yang datang dari beragam kalangan. Sekitar 250 penonton seolah
tersihir oleh penampilan “anak-anak zaman Kebumen”. Sebutan yang diberikan oleh
Anto Batossae kepada teman-teman komunitasnya.
Slamet Esser. |
Catatan
Khusus
Sebagai
wahana ekspresi dan apresiasi budaya kontemporer, GPT 2010 telah memenuhi
sasaran utamanya. Sedikit dihantui rasa cemas akan masuknya nuansa politik
menjelang Pilkadal Bupati/ Wakil, seluruh mata acara yang direncanakan dapat
mengalir cukup lancar. Memang ada sampah yang mengikuti aliran itu, tetapi
dapat disingkirkan dengan semangat kebersamaan dan edukatif. Kendala klasikal
dana disiasati dengan dedikasi oleh Panitia dengan memaksimalkan potensi yang
ada saat itu. Sanggar Ilir Ikatan Mahasiswa Kebumen di Yogyakarta (Imakta)
pantas mendapat apresiasi terbesar selain respon positif dari semua Komunitas
Teater di Kebumen yang telah berkontribusi dalam persiapan dan pelaksanaan
acara. Juga para donatur perorangan yang mendukung acara ini.
Pada
sesi evaluasi, saya sengaja mengemukakan wacana untuk menghentikan seri
kegiatan GPT agar berganti wajah dan penampilan. Juga memberi kesempatan bagi
Komunitas lain untuk menggelar acara yang lebih dalam segala hal dari pada
acara GPT yang hanya mampu diselenggarakan setahun sekali. Sayang sekali,
sebagaimana telah diprediksi, tidak ada jawaban pasti atas wacana itu. Bahkan
muncul beberapa hal yang menggelikan ketika tawaran ini disambut dengan bahasa
nostalgis. Apapun respon dan risikonya, wacana ini akan terus dikumandangkan
sampai ada jawaban pasti bahwa proses pembelajaran lewat kemasan acara Gelar
Panggung Teater sudah saatnya diputuskan efektivitasnya.
0 komentar:
Posting Komentar