Sanggar Ilir - Imakta. |
Segmen 1 : Gelar Panggung Teater II - 2010
Saat membuka berkas di sebuah cakram magnetik (CD) yang mulai sulit dibaca, tanpa sengaja saya menemukan sebuah jejak perjalanan obsesif satu komunitas pekerja seni teater yang ingin membuat satu titik dalam peta budaya nasional. Awalnya, di tengah upaya menyiapkan diri melanjutkan rencana menyelenggarakan Gelar Panggung Teater 2010 sebagai rangkaian giat serupa tahun sebelumnya, kami berkenalan dengan Achamd Marzoeki yang akrab dipanggil Kang Juki yang beberapa saat kemudian kami tahu ingin "pulang kampung".
Dalam suasana antusiasme tinggi untuk menggelar giat budaya yang terbilang tidak popular, satu istilah untuk menyebut hal tak sesuai dengan selera pejabat yang menafsirkan seni budaya identik dengan jingkrak dan rancak semacam kuda lumping, kami terus berupaya menggali potensi lokal. Khususnya di bidang pendanaan. Kehadiran Kang Juki yang mengaku pernah ditolak oleh sebuah komunitas budaya yang telah bernama, seperti angin segar yang memang sangat dinantikan kehadirannya saat itu. Akhirnya memang terjadi, dana segar untuk sekadar melengkapi properti panggung diperoleh juga. Tak banyak, tapi cukup membantu.
Gelar Panggung
Teater (GPT) 2 pada 15 - 16 Januari 2010 adalah kelanjutan dari acara sama
(GPT1) yang diselenggarakan 9 - 10 Januari 2009 di tempat dan oleh pemrakarsa
yang sama pula yakni FoPSet (Forum Pekerja Seni Teater Kebumen).
Sementara itu, FoPSet dibentuk sebagai wujud kegelisahan para aktivis Sanggar
Ilir Imakta ( Ikatan Mahasiswa Kebumen di Jogja) atas kelanjutan proses
berkesenian terutama seni teater di Kebumen. Dimotori Bandit, Anto Batossae dan
Putut AS, prakarsa itu dikomunikasikan dengan Sahid El Kobar yang selama ini
diketahui cukup aktif dalam perteateran Kebumen bersama Teater Gerak STAINU.
Singkat cerita, mereka sepakat membentuk FoPSeT sebagai ajang silaturahmi dan
proses pembelajaran bersama. Agenda utama adalah menjembatani proses kreatif
bagi komunitas-komunitas teater di Kebumen. Wujud nyatanya ialah adanya acara
pagelaran seni teater pada sebuah panggung besar yang kemudian diberi nama
Gelar Panggung Teater 2009. GPT 2009 juga merupakan buah kompromi dan
pengorbanan Komunitas Seni Kreatif Guyub Larak Kebumen yang dikomando oleh
pekerja seni lukis dan teater, Ki Slamet eSeR, atas agenda “Geser Tahun”.
Teater Didik - STAIN Purwokerto. |
Teater Gerak - STAINU Kebumen. |
Komunitas SRMB Kebumen. |
Pertemuan FoPSeT dengan saya selaku
kurator adalah sebuah jalinan benang merah antara acara Silaturahmi Komunistas
Seni dan Sastra (Sikosas) Kebumen tahun 1997 yang menghadirkan Kang To (Achmad
Tohari, penulis novel: Ronggeng Dukuh Paruk ), Badjoeri Doelah
Joesro (Penyair dan dosen UII Yogyakarta, asal desa Tersobo Prembun), Masdoeki
Attamimi (Kantor Berita Nasional Antara, penyair asal desa Panjer Kebumen),
Imam Setyanto (Peneliti Pertanian di Malang, asal Kauman Kebumen). Dan
peran Eko Sadjarwo (MGMP Bahasa Indonesia, PGRI dan penyair) serta Aris
Panji dan Pekik Sasinilo dari komunitas seni Tritisan. Kemudian
berlanjut dengan eksperimen Ngamen Puisi bertajuk Aku, Rakyat,
Gerilya dalam komunitas Sekolah Rakyat Melubae (2003). Ngamen
pertama di SMPN 7 Kebumen, Ruang Paripurna Gedung DPRD Kabupaten Kebumen dan
SMA N Klirong. Pertemuan dengan Putut AS dan kawan-kawan yang penuh
semangat berproses kreatif dan memiliki jam terbang sangat memadai lewat Sanggar
Ilir Imakta Jogja dan Komunitas Seni – Wayang 3D Mika – el Kaji Habeb adalah
suatu anugerah khusus (blessing in disguised) atas kekeringan proses dan
ajang kratifitas seni kontemporer di Kebumen.
Perhelatan akbar
GPT2 direncanakan sejak Oktober 2009. Format awal adalah festival teater pelajar
dan parade teater umum. Wacana ini kemudian dilontarkan di grup jejaring sosial
Facebook dengan nama sama. Demikian juga kontak personal di antara anggota
panitia dan semua komunitas teater yang ada di Kebumen. Upaya itu direspon
cukup positif tidak hanya di Kebumen. Beberapa komunitas di sekitar eks
Karesidenan Kedu (Purworejo, Magelang, Temanggung dan Wonosobo) serta Banyumas
(Purwokerto dan Cilacap) bahkan menyatakan minat berpartisipasi. Hal ini tak
lepas dari peran Mas Kaji Habeb yang sekarang berproses di lembah Tidar
Magelang.
Berbekal
informasi antar personal dan dukungan moral dari Eko Sadjarwo (PGRI) yang
memastikan bahwa aula milik organisasi guru ini bisa digunakan sebagai ajang
apresiasi seni teater dan lukis secara cuma-cuma, maka disusun kepanitiaan yang
diawaki Komunitas Ego dan Gerak. Nama FoPSeT tetap disertakan sebagai wujud
konsistensi. Dan menempatkan sang Ketua, Syahid El Kobar, selaku
Penanggung-jawab acara. Posisi Ketua Panitia masih dipegang Putut AS yang pada
penyelenggaraan acara GPT tahun lalu harus sering berjibaku dan bertindak ala
"superman" demi kelancaran acara dan tujuan pembelajaran.
Antusiasme
komunitas nampak nyata dari respon teater sekolah. Terutama Teater Spenven SMPN
7 yang mengapresiasi undangan Panitia penyikapan luar biasa. Sukses GPT 2009
dan Workshop Teater 24 Mei 2009 menghadirkan kegairahan bagi satu-satunya
SMP di Kabupaten Kebumen yang memiliki kegiatan ekstra kurikuler teater
sejak satu dasawarsa terakhir. Hal ini tak lepas dari peran Bu Tari yang
sangat konsisten memelihara kegiatan itu dengan segala risikonya.
Tak jarang beliau merogoh kocek pribadinya agar anak-anak asuhnya dapat
tampil pada acara bergensi semacam GPT ini. Dengan dukungan Kepala Sekolah,
Teater Spenven tampil lebih prima dari pada tahun lalu. Meski masih mengangkat
tema yang sama dengan tahun lalu yakni "kehidupan di alam lain". Pada
penampilan di GPT 2010 kali ini, ada kemajuan besar dalam sisi kostum dan
koreografinya. Nampaknya terjadi kompromi antara sang pelatih, Syahid El Kobar dan
Bu Tari selaku Pembina.
Kondisi serupa
terjadi pada Teater Kelir SMAN Klirong yang hanya sempat berlatih seminggu
sebelum penampilan. Di sela waktu sempitnya sebagai Ketua Panitia, Putut AS
selaku pelatih coba memaksimalkan potensi "warga baru" di lingkungan
teater itu. Ada tanggung-jawab besar melestarikan tradisi berteater di
lingkungan sekolah yang berada jauh dari pusat kota. Bagaimanapun juga,
keberadaan mas Aji yang kini menjabat sebagai Kepala Sekolah adalah tokoh
penting di dunia sastra dan teater Kabupaten Kebumen.
Teater Kelir-SMAN Klirong asuhan Putut AS |
Teater Spenven - SMPN 7 Kebumen asuhan Bu Tari. |
Keberadaan
teater kampus kian semarak dengan lahirnya Teater Putra Bangsa (Tetrasa). Benih
yang pernah disemai oleh mBak Retno, Slamet eSeR dan Theodeka sejak
beberapa tahun yang lalu baru tumbuh sebagai kecambah yang bernyali jati.
Penampilan perdana tiga mahasiswi STIE Putra Bangsa Kebumen di pentas GPT
2010 ini memang masih biasa saja. Jika mereka berproses lebih serius dan
mendapat dukungan dari manajemen kampus tidak tertutup kemungkinan Tetrasa akan
menjadi pilar utama dunia perteateran di Kabupaten Kebumen. Terbukti, satu
diantara anggotanya yakni Nana Khasanah terpilih dalam jajaran pemain untuk
film indie " Pelukan Sang Pelangi" yang akan diproduksi bersama
antara Hanito Kreasindo dan Masjid Raya (Majelis Kajian Peradaban dan Budaya)
Kebumen.
Potensi lain
dalam perteateran Kebumen muncul dalam Sanggar Basatu SMK Batik Sakti I yang
diasuh oleh Kharis JS, alumni Komunitas Teater Purworejo (KTP) yang
difasilitasi oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan setempat. Anggota Sanggar Basatu
yang kesemuanya perempuan ini muncul perdana di depan publik pada pentas
GPT 2010. Meski cukup kompak, gaya penampilannya masih seperti di catwalk.
Unsur teatrikalnya lemah. Dan dilemahkan lagi ketika mereka menyuarakan nada
promotif di akhir penampilannya. Kemasan " Perempuan Dalam Ruang"
sebenarnya sudah mengundang rasa ingin tahun yang cukup besar. Sayangnya, ruang
yang dimaksud adalah sebuah "banner". Jika dikemas dalam alur cerita
hasilnya pasti akan mengundang decak kagum. Bukan cemooh seperti yang
dilontarkan oleh banyak apresian dengan teriakan" hooooo...
iklan....". Atas hal ini, saya sebut sebagai insiden kecil pentas hari
pertama. Insiden lainnya adalah sikap penanggung jawab acara yang tidak
bertanggung jawab sehingga memaksa saya selaku penasihat mengambil alih peran
itu agar semua berjalan lancar.
Dua komunitas
lokal Kebumen lainnya yang pentas pada hari pertama yaitu Sanggar Pandu
Wisata di bawah naungan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kebumen serta
Teater Sinoman Mandiri Desa Depokrejo adalah gambaran keliru tentang
posisi GPT 2010. Sebagai anak asuh lembaga pemerintah yang paling berkompeten
atas aktivitas kebudayaan masyarakatnya, Disparbud telah menetapkan
kriteria aktivitas budaya masyarakat tanpa dukugan pemahaman yang memadai
atas arti dan makna kebudayaan itu sendiri. Selaku Kabid Kebudayaan, Slamet JT,
tidak sepantasnya membuat "garis demarkasi" artefak budaya lokal
adalah yang bernuansa rancak dan jingkrak-jingkrak. Simplifikasi semacam ini
jelas merugikan mereka sendiri. Potensi budaya masyarakat yang tidak termasuk
dalam kategori itu jadi mengambil "jarak aman" dengan cara dan
respon masing-masing. Terbukti, pada GPT 2010 muncul reaksi keras untuk tidak
melibatkan institusi itu dalam segala hal. Panitia memberi toleransi kepada
Sanggar Pandu Wisata karena faktor personal sang pelatih, Theodeka Wardana
dan gairah berapresiasi budaya bagi para anggotanya.
Hal yang menarik
untuk bahan evaluasi adalah penampilan Teater Sinoman Mandiri. Sejak awal
kontak, Pak Lurah Hanif selaku pimpinan selalu menyakinkan Ketua Panitia bahwa
mereka akan membawakan salah satu karya Kaji Habeb (tanpa menyebut judul karya
itu). Lebih menarik lagi, tersebar berita bahwa garapan itu akan dikemas dalam
Bahasa Jawa dengan melibatkan seorang aktivis teater Unes Semarang yang baru
menyelesaikan studi S1nya dan menjadi PNS, mas Priyo Kutho. Tambahan lagi, Pak
Lurah Hanif adalah penghubung Panitia dengan Teater Didik STAIN Purwokerto.
Dengan referensi yang sangat meyakinkan tersebut, Panitia menempatkan komunitas
Sinoman Mandiri pada posisi terhormat sebagai " gong hari
pertama". Sayangnya, menjelang waktu pentas terjadi banyak
keganjilan. Pak Lurah Hanif tidak mendampingi "anak asuhnya" dan
memilih nongkrong di warung angkringan merasakan kehangatan susu jahe di malam
yang cukup dingin waktu itu. Tampil dalam format bertutur cerita, dua remaja
perempuan anggota Komunitas membacakan cerita pendek dalam "garapan asal
tampil". Di bawah teriakan riuh penonton yang memintanya turun panggung,
inilah bagian dari insiden kecil pentas hari pertama.
Catatan penting dalam pentas hari pertama adalah kehadiran Teater Banyu Wonosobo asuhan M. Amin. Meski mengaku berproses dalam waktu pendek sekitar dua minggu, penampilan mereka sebenarnya adalah " gong ". Dari informasi Panitia dan obrolan di rumah saya, muncul kesan membanggakan. Aris Panji bahkan memberi pujian khusus atas garapan sutradara yang mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Al Qur'an Wonosobo itu. Kemasan kolosal yang diselingi beberapa adegan komedi ala Srimulat memang menghidupkan suasana pentas malam itu. Blocking panggung cukup sempurna dalam hiasan tata lampu yang dikendalikan Rahmat eSKa dan kawan-kawan dari UIN Jogja.
0 komentar:
Posting Komentar