Sebagian besar orang
mungkin punya penilaian bahwa penyandang cacat adalah orang-orang
yang selalu terpinggirkan, peminta-minta, pelengkap kehidupan maupun
hal-hal yang serba kurang mengenakkan yang didapatkan. Hal itulah yang
selama ini dilihat dalam keseharian. Biasanya, begitu melihat seorang penyandang
cacat sikap kita jadi iba. Mereka adalah kaum yang layak dikasihani. Setidaknya
itu yang kita lihat di berbagai papan pengumuman di fasilitas umum semisal
kereta api. Mereka harus diberi perlakuan khusus! Itulah intinya. Karena itu, jika ada penyandang
cacat yang sukses besar itu mungkin hanya sebuah cerita di negeri dongeng.
Kerangka berpikir umum
semacam itu memang telah berlangsung dari waktu ke waktu dan menjadi maklum.
Tapi tidak buat seorang perempuan penyandang cacat tubuh karena menderita polio
sejak usia balita. Dialah Irma Suryanti,
seorang perajin kain perca yang meraih sukses bagi banyak orang.
Terutama para penyandang cacat, mantan buruh migran (TKI/TKW) dan orang-orang
yang dikategorikan sebagai penyandang masalah sosial (PSK, waria dsb). Sekitar
1.000 orang dari mereka ada beberapa yang telah mampu mandiri dan mengembangkan
kegiatan ekonomi kreatifnya. Juga 10.000 lebih orang normal secara fisik di berbagai kabupaten/kota se Indonesia mendapat
bimbingan teknis di bidang usaha sejenis maupun sebagai sub kontraktor. Irma
dan teman-teman bergabung dalam Mutiara Handicraft ini, dengan visi
dan misi yang sangat unik. Dari tempat tinggalnya di Desa Karangsari
Kecamatan Buayan Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah Indonesia.
Nasihat yang
biasa Irma berikan kepada orang-orang yang mendapat bimbingannya adalah: mulai
dari hal sederhana. Berdasarkan pengalaman pribadi, dengan mengubah
limbah pabrik menjadi produk yang bernilai jual tinggi, sungguh sangat tepat
untuk sebuah impian memulai usaha yang nyaris tanpa modal. Hanya butuh keuletan,
keteladanan, keahlian, serta inovasi saja. Itulah sederet kalimat yang
dilontarkan Irma ketika memberi motivasi bagi warga binaan. Sederhana dalam
berpikir nampaknya mudah diucapkan, tapi sangat sulit diwujudkan. Karena ada
semacam keyakinan umum bahwa menjalankan sebuah kegiatan bisnis perlu bermodal
cukup atau besar.
Kesederhanaan
berpikir tidak berarti sama dengan jadoel oriented atau berorientasi ke
masa lalu. Seorang inovator biasa
menggunakan kerangka berpikir sederhana dalam menghasilkan produk maupun
jasa yang berkesan rumit dan luar biasa
karena melangkahi masanya. Bill Gates misalnya, mengembangkan konsep aplikasi
piranti lunaknya dari hobi bermain bridge. Demikian juga dengan Irma yang
menciptakan model-model produknya dari beragam permainan anak dan hal-hal
sederhana yang ada di lingkungan sekitarnya. Ia mengubah citra kesed yang selama ini berbentuk kotak menjadi beragam bentuk lucu
dan unik. Dari yang semula untuk alas penyaring kotoran sepatu serta alas
kaki lainnya, kini tampil sebagai bahan-bahan dekoratif dan fungsional.
“Ini pekerjaan yang sangat mudah
ibu-ibu. Siapapun bisa. Kita hanya butuh ketelatenan saja.” Ujar Irma yang
sudah keluar masuk perguruan tinggi untuk memberikan motivasi dan pembelajaran.
Menurut dia, setelah dari Unsoed ini, ia juga akan melakukan hal yang sama di
Institut Teknologi Bandung (ITB).
Irma Suyanti
merupakan sosok wanita penyandang cacat yang mampu melawan keterbatasan diri, ketidakadilan, pencibiran maupun pelecehan yang selama ini disandangkan
kepada sesamanya. Sejak tahun 1999, selepas menikah dengan Agus Priyanto
(seorang penyandang cacat juga), ia berusaha untuk melawan keterbatasannya
melalui usaha mandiri yang bermanfaat. Lambat-laun ia mampu membuktikan bahwa produk yang
dihasilkan benar-benar mampu menjawab kebutuhan pasar baik di dalam maupun luar
negeri.
Atas prestasi yang diraih dengan kesungguhan, sederhana,
ulet dan optimis Irma Suryanti mendapatkan sejumlah penghargaan. Diantaranya Wirausahawati Muda
Teladan dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (2007), Perempuan Berprestasi 2008
dari Bupati Kebumen (2008), dan Penghargaan dari Jaiki Jepang, khusus untuk orang
cacat. Dan yang terakhir adalah penghargaan dari SCTV Award 2012. Mengubah sesuatu hal biasa menjadi luar biasa
adalah pekerjaan atau kebiasaan orang kreatif. Dan Irma layak dinobatkan
sebagai Kartini Update di Jaman Ekonomi Kreatif.
Saat menerima penghargaan dari Mepora Adiyaksa Dault
sederhana, ulet, teladan...
0 komentar:
Posting Komentar