Membaca judul di atas, mungkin akan muncul pertanyaan:
apa itu Hipando? Jenis makanan, nama perusahaan atau … ??? Tak kenal maka tak sayang.
Peribahasa itulah yang mestinya jadi pegangan bagi Badan Pengurus Pusat (BPP)
Himpunan Perajin Anyaman Indonesia (Hipando) untuk mengenalkan kepada
masyarakat luas tentang diri, kegiatan, pengurus dan seterusnya.
Yah…betul sekali, bahwa Hipando adalah satu nama lembaga
atau organisasi yang didirikan sebagai wadah
para perajin anyaman yang berada di setiap daerah di Indonesia yang
mempunyai karakter seni kreatif dan inovatif (visi) dengan melaksanakan
pembinaan, pelatihan dan penanaman modal kerajinan anyaman yang selaras dengan
kulturisasi dan berwawasan seni budaya
(misi). Menghasilkan produk-produk kreatif, inovatif dan produktif
sebagai perajin anyaman Indonesia yang mendunia, memiliki kematangan jiwa dan
tanggap terhadap aspirasi masyarakat dan perkembangan seni kerajinan untuk
mensejahterakan masyarakat perajin (tujuan).
Hipando dideklarasikan kelahirannya pada 11 September
2009 di Hotel Bumi Karsa Bidakara Jakarta oleh sejumlah orang yang nama2nya
tertera di Akta (Notaris) Pendirian Organisasi Hipando. Dua orang muda, Yahya
Mustofa pemilik Dubexcraft (Kebumen) bersanding dengan Cornelia Lina Meiliasari
sang pemilik YL Production (Yogyakarta) selaku Ketua Umum dan Sekretaris I BPP
Hipando. Keduanya energik dan punya gaya khas. Bahkan, perjalanan Yahya Mustofa
di sektor aneka kerajinan melejit bak meteor dalam jangka waktu kurang dari
satu dasawarsa. Ia pernah mendapat Danamon Award untuk kategori UMKM dan
Upakarti bagi kepeloporan pemuda. Sementara itu, Lina (sebutan akrab Cornelia
LM) pernah ke Korsel dan beragam aktivitas yang membawa bendera Hipando.
Sekitar satu tahun berjalan, Hipando menyelenggarakan
Temu Karya Kerajinan Nasional yang difasilitasi oleh Kementerian Koperasi dan UKM RI yang diwakili oleh Deputy IV Bidang Pemasaran dan Jaringan Usaha di Hotel Maharani, Jakarta 27-29 Oktober 2010
yang diikuti oleh seratusan utusan dari berbagai provinsi di Indonesia. Saya
diundang oleh Ketua Umum selaku perajin bambu yang akhirnya didaulat oleh para
peserta sebagai Sekretaris Eksekutif yang mengelola kesekretariatan dengan
bekal sangat minimal. Yakni hasil yang sempat saya dokumentasikan selama
mengikuti Temu Karya itu ditambah proses komunikasi informal melalui ponsel dan
internet. Selain itu, oleh semua utusan
yang mewakili Provinsi Jawa Tengah (Cilacap, Kebumen, Purworejo dan Ambarawa)
ditambah pekerjaan menjadi Kordinator Provinsi Jawa Tengah. Proses yang sangat
cepat ini sempat membuat bingung dan ragu. Sebagai pendatang baru di lingkungan
Hipando, tugas segunung telah berada di depan mata tanpa kejelasan seberapa
besar rentang tugas yang menjadi wewenang seorang sekretaris eksekutif.
Berbagai upaya yang telah saya lakukan untuk menghidupkan
Hipando, terutama melalui media sosial : Sukai Halaman facebook, Grup Facebook Hipando, Twitter Hipanpo Pusat, Yahoo Grup Hipando Pusat dan beberapa media sosial lain terus berlanjut sampai beberapa minggu lalu
seorang peserta Temu Karya Nasional dari Bogor, Edie Juandi Bonggol Jagung Bogor mulai meramaikan lapak grup Hipando di Facebook. Harapan menautkan para peserta
melalui media sosial ini yang relatif ekonomis ini belum efektif sampai tiga
bulan menjelang berakhirnya masa bakti BPP Hipando 2009 – 2013.
Dalam “kesendirian”, saya berusaha maksimal agar
tujuan mulia Hipando menyejahterakan masyarakat perajin anyaman di Indonesia
dapat dipelihara kehidupannya. Berbagai upaya persuasif semisal mengingatkan
dua orang muda petinggi BPP Hipando tak pernah mengendor meski harus menanggung
segala biaya yang menyertai upaya itu. Satu diantaranya ialah menghidupkan
internet lebih dari 12 jam setiap hari agar dapat mengakses grup-grup Hipando
yang ada di berbagai media sosial. Juga menyediakan informasi tentang Profil
Pelatih Anyaman Pandan yang menjadi satu-satunya jenis kegiatan untuk
memelihara kehidupan sebuah organisasi profesi. Yakni bagian yang menjalankan
tujuan pelatihan dan pembinaan ketrampilan teknis. Sementara itu, tujuan utama
penempatan modal kerajinan dan pembinaan organisasi belum mampu dijalankan
ketidak-jelasan sikap para petinggi di BPP Hipando.
Meski demikian, ada satu hal yang “menghibur” yakni
tentang informasi Profil Pelatih Anyaman Pandan yang saya letakkan di folder
file dalam folder files di Yahoogroup telah diunduh sekurang-kurangnya 40 x. Artinya, kehadiran
Hipando sebenarnya memang dibutuhkan oleh masyarakat luas meski dengan cara tersembunyi.
Itulah satu-satunya daya hidup yang masih dan akan terus dipelihara sampai para
anggota Badan Pengurus Pusat Hipando melakukan fungsi dan tanggung-jawabnya
sesuai AD dan ART yang telah diketahui para peserta Temu Karya Kerajinan
Nasional yang telah menjadi anggota Hipando dengan bukti penyetoran iuran
anggota.
Melalui tulisan ini, kami (saya, Ngatini, Edie Juandi
dan Sadek Mutaram) ingin mengingatkan semua anggota, khususnya BPP Hipando agar
konsekuen menjalankan kewajibannya untuk segera menyiapkan agenda Musyawarah
Nasional yang seharusnya telah disosialisasikan. Haruskah potensi besar
nasional ini terus dibiarkan terbengkelai dan dibebankan kepada seorang
Sekretaris Eksekutif yang tak pernah menerima limpahan wewenang dari Sekretaris
I (utama) serta Ketua Umum yang begitu sangat menyakinkan semua peserta dalam Temu Karya
Kerajinan Nasional dan Musyawarah Kerja Nasional I 2010 di Jakarta akan terus
ada (eksis) dan bermanfaat itu ?
Kepada Kementrian Koperasi dan UKM RI yang menjadi mitra
utama Hipando, dengan hormat, sangat
diharapkan partisipasi dan dorongannya agar keberadaan Hipando menjadi jelas
dan tegas. Khususnya Deputi Bidang Pemasaran dan Jaringan Usaha, Drs. Nedy
Refinaldi Halim, MS serta Victoria Sipayung yang menjadi wakil resmi Menteri
Koperasi dan UKM dalam kegiatan Temu Karya Kerajinan Nasional 2010 tsb. Semoga
diketahui dan ditindaklanjuti sebagaimana mestinya.
Tulisan ini ada juga di rubrik Ekonomi dan Bisnis Kompasiana.
Tulisan ini ada juga di rubrik Ekonomi dan Bisnis Kompasiana.
0 komentar:
Posting Komentar