OVOP: BERPIKIR GLOBAL, BERTINDAK LOKAL
Tulisan
ini adalah bagian dari tulisan tentang gagasan “Menguatkan Pilar Ekonomi
Kreatif”. Pada bagian II yang berjudul sama dengan di atas, saya ingin
menampilkan trend baru pendekatan pembangunan ekonomi lokal berbasis pengembangan
aktivitas kreatif masyarakat. Kabupaten
Kebumen yang selama ini terengah-engah mengejar ketertinggalannya dari daerah
lain punya potensi kekuatan andalan di antaranya adalah sentra kerajinan
anyaman pandan di Kecamatan Karanganyar dan sekitarnya.
Sekali
lagi, saya harus memberikan apresiasi sangat tinggi kepada orang Jepang. Setelah
Keizen Costing yang membuyarkan pandangan Barat tentang efisiensi melalui
koreksi atas definisi biaya variable atau overhead cost, kini ada Dr. Morihiko Hiramatsu
yang saat menjadi Gubernur Oita menggagas dan mengembangkan pemikiran brilian “OVOP (One Village One Product) yang gaungnya
baru di Indonesia terasa setelah dua dekade berjalan di negeri asalnya. Konsep
OVOP jauh lebih sederhana dari Keizen. Tetapi keduanya (seolah) memiliki kaitan
erat yakni berbasis aktivitas.
Alasan
utama yang mendorong munculnya gagasan OVOP yaitu:
- Local yet global. Produk-produk yang dibuat bernuansa global adalah satu penghargaan atas budaya lokal.
- Self-reliance and Creativity. Realisasi OVOP harus merupakan tindakan mandiri dalam mengoptimalkan potensi lokal.
- Human Resource Development. Pembumian gagasan kepada masyarakat dengan memberi tantangan dan semangat kreatif.
Perajin anyaman desa Grenggeng yang jadi "karyawan"
salah satu vendor kerajinan anyaman pandan
salah satu vendor kerajinan anyaman pandan
Kunci Sukses Sebuah Gerakan
"Satu Desa, Satu Produk"
Gerakan "One Village, One Product" menarik
perhatian dari daerah-daerah yang berpenghasilan rendah tidak dapat menarik industri
teknologi tinggi dan juga para pegiat pada proyek-proyek
pengentasan kemiskinan. Gerakan ini merekomendasikan penduduk setempat untuk
menggunakan sumber daya lokal dalam menghasilkan nilai tambah produk yang tinggi,
dan membawa hasil yang mereka buat ke pasar. Banyak pemimpin telah datang
jauh-jauh ke Oita untuk belajar tentang pengembangan sumber daya manusia
melalui kampanye gerakan ini. Kata kunci yang saya bisa tunjukkan kepada Anda;
- Penduduk setempat punya kesadaran atas potensi mereka sendiri dan sumber daya yang ada wilayah mereka.
- Diakui sebagai kekayaan lokal (daerah).
- Kontinuitas adalah sumber kekuatan utama.
- Produk yang dihasilkan memiliki nilai tambah tinggi.
- Ada jaminan atas penjualan.
- Pengembangan SDM (Sumber Daya Manusia).
Jika
memperhatikan dengan saksama gagasan dasar Program, OVOP akan berhasil ketika masyarakat
dan pemerintah memiliki penilaian(visi) sama tentang potensi lokal yang berbasis budaya. Produk-produk
anyaman pandan di Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah
sebenarnya termasuk dalam gagasan dasar Morihiko Hiramatsu-san
yaitu local yet global. Banyak vendor
(pemasok barang kerajinan) yang berkiprah dalam bisnis produk-produk berbasis anyaman
pandan global mengambil bahan setengah jadi (complong) dan produk ¾ jadi
(sisanya berupa asesori, kemasan dan merk dagang) dari perajin Desa Grenggeng dan sekitarnya. Gagasan
Gubernur Provinsi Jawa Tengah, Bibit Waluyo, yang dikenal dengan istilah/
jargon “bali ndesa, mbangun desa” sebenarnya mengacu pada program OVOP
ini. Tapi, seperti biasa, karena hanya merupakan komoditas politik menjelang
pilkada, nilai apresiasinya relatif rendah dan tanpa tindak lanjut yang jelas
selain jargon itu sendiri yang dirupakan dalam bentuk lagu atau sejenisnya. Begitu
juga dengan Buyar Winarso yang sekarang menjabat Bupati Kebumen dengan jargon “aku
sing ngerti karepmu”, ketika ada masalah yang cukup signifikan berubah
jadi “se karepmu lah”.
Beberapa Nama/
Sebutan OVOP di Berbagai Negara
(Local
Diplomacy)
- One Factory One Product (Shanghai, China)
- One City One Product (Shanghai, China)
- One District One Product (Shanghai, China)
- One Village One Treasure (Wuhan, China)
- One Region One Vision (Philipine)
- Satu Kampung Satu Produk Movement (Malaysia)
- Back to Village (Jawa Timur, Indonesia)
- One Village One Product Movement (Kamboja)
- One Village One Product Day (Los Angeles, USA)
- One Parish One Product Movement (Louisiana, USA)
0 komentar:
Posting Komentar